__oOo__
Jika memang,
aku hanya ditakdirkan untuk melihatmu saja, bisa apa aku? Sejujurnya, aku tak
jarang memimpikanmu untuk selalu disampingku, tersenyum karenaku, jadi
senderanku, hidupku jadi hidupmu. Setiap waktunya, ada jalinan benang-benang
yang kita rajut. Tapi, aku sadar. Semua itu, tidak akan aku genggam. Menyentuh saja,
aku ragu bisa melakukannya.
Kamu dan
aku, dua kata yang tak mungkin menjadi kita. Hanya aku yang selalu memimpikan,
hanya memimpikan setiap harinya. Bukan, bukan karenaku tak ingin memperjuangkan
rasaku ini, tapi memang hal itu tak harus diperjuangkan, kalaupun aku
perjuangkan, yang ada hanya membuat diri ini semakin lelah.
Dari jauh,
jauh jarak, jauh takdir, aku memperhatikanmu. Mata dan hati ini tak akan pernah
lelah, apalagi hati ini. Yang setiap waktunya berharap agar aku bisa
merengkuhmu.
Kurasa,
aku semakin hari semakin gila karena rasa ini. Tiap hari yang bisa aku lakukan
hanya mimpi mimpi dan mimpi. Mungkin kalian bosan mendengarkan aku mengucapkan
kata mimpi. Namun, itulah adanya. Aku hanya bisa bermimpi.
Entah apa
yang tengah aku rasakan saat ini. Lebih dari rasa mengagumi. Selalu ada getaran
saat memandangnya. Namun, detik kemudian kurasakan sesakan di dada saat aku
memikirkan jika aku dan kamu yang berubah menjadi kita hanya di mimpiku. Kamu tak
akan pernah menoleh kearahku. Tak akan pernah!! Mungkin, aku ingin menghapuskan
rasa ini. Tapi, percuma!
Percuma.
Iya emang percuma. Aku pernah terluka karenanya―bukan karena dirinya, tapi
karena rasa ini. Aku pernah kecewa dan sedikit melupakan rasa ini. Tapi,
semakin aku menghindar semakin besar gejolak rasa ini terhadapnya. Semakin besar
presentase ingin memilikinya.
Aku memang
bodoh! Bodoh kenapa bisa dibodohi sama rasa tolol ini. Jelas-jelas, rasa ini
tak akan pernah berakhir menjadi kisah bahagia. Yang ada, hanya rasa ini
menjadikan aku menjadi sakit. Tapi apa daya, apa bisaku? Apa kekuatanku untuk
menghapus rasa ini?
Namun,
aku slalu memotivasi diriku dengan hal-hal yang positif. Mungkin ini nikmat
yang diberikan olehNya terhadapku. Semoga aku bisa merasakan kenikmatanNya
diakhir nanti. Aku akan berusaha untuk selalu menikmati rasa ini. Yah, semoga..
“Fy!
Ayo pulang!!!”
Seru suara
di belakangku, dan membuatku menoleh kaget. Ternyata, dia Sivia. Aku baru ingat
jika sekarang aku sedang menunggunya yang lagi kebelet itu saat setelah bel
pulang berbunyi dan aku langsung diseret agar menemaninya.
Aku mengangguk
lalu mengikuti derap langkah Sivia yang duluan.
__oOo__
Hahaha! gatau deh ini apa. cerpen tapi ga cerpen. enjoy ya yang udah mampir dan baca, terimakasih :))))) ini masih jauh dari kata bagus, jadi mohon kritik dan saran ya.
sekian terimacokelat,
@Lyasavitri
No comments:
Post a Comment